Sabtu, 29 September 2012

dibegoin

Beberapa hari yang lalu gue sharing sama seorang temen yang sama – sama punya usaha warnet. Waktu itu dosen lagi nerangin masalah teori – teori pemasaran jasa, dan kita malah asyik membahas prakteknya secara langsung. 

“Pernah gag ilmu teori yang diajarkan dosen, bener – bener elo praktekin di lapangan?” tanpa sebab tanpa musabab, junet yang duduk di sebelah gue menanyakan hal itu.

Sedikit flash back, gue mengingat mata kuliah yang pernah gue tempuh, dan jujur gue belum merasa ada matakuliah yang berperan SIGNIFIKAN  di kehidupan gue. Tapi demi memotifasi temen gue sedikit merombak pemikiran itu

“hampir semuanya pernah kepakai kok, kecuali akuntansi sama statistic, boro – boro ngelola data, baca datanya aja gue kagak bisa” gue mnggombal.

“menurut loe matakuliah apa yang paling penting?”

“semuanya, kita kudu menganggap semua matakuliah itu penting. Contohnya pemasaran jasa, pelajaran ini penting dan patut untuk DIPERHATIKAN. Apalagi buat elo yang juga punya usaha warnet” gue melontarkan pernyataan itu dengan gampangnya disaat dosen menerangkan materi pemasaran jasa.

#HEBAT…Sekarang gue keliatan kayak orang yang ngomong benci tai, tapi betah boker berjam-jam. Seolah nggak sadar, diapun terus merespon.  

“oh iya, katanya elo mau buka cabang warnet baru ? hebat banget. Gue juga punya usaha warnet tapi masih belum mampu buka cabang baru, gimana sih bikin warnet jadi rame??? ” kata Junet tertarik dengan gombalan yang gue lontarkan diatas.

Pertanyaan itu mengingatkan gue tentang aib minggu kemarin di kelas Bahasa inggris Bisnis. Waktu itu tiap anak disuruh mempresentasikan cita-citanya di depan kelas. Meski tugasnya sangat kekanak – kanakan, buat gue ngomong bahasa inggris di depan umum itu udah kayak ujian kompre. Ujian yang belum pantas dilakukan oleh anak TK seperti gue.

Waktu presentasi gue Cuma bilang kalo gue punya warnet dan berniat mengganti beberapa system di warnet dalam beberapa pekan kedepan. Entah kenapa setelah gue presentasi seluruh isi kelas pada heboh sendiri, mereka jadi beranggapan kalo gue akan membuka warnet baru dalam waktu dekat. Gue yang nggak mau mengecewakan mereka, (atau lebih tepatnya nggak mau dibilang tolol) menahan diri untuk mengklarifikasi hal itu.  

Dan sekarang, disamping gue ada orang yang menjadikan gue panutan atas apa yang nggak gue lakuin.*bagus

Alih – alih dimintai solusi gue sebenarnya yang butuh solusi, warnet gue udah 5 hari belum makan dan harus terkapar di tempat tidur gara – gara pengerutan usus (enggak ding). intinya gue nggak punya banyak hal untuk di share kan selain menasehati hal – hal formal seperti : CPU gag perlu disabuni, monitor gag boleh dibanting, dan gue kira dia pun udah tahu hal itu.

Anjuran luar biasa yang terlintas di otak gue saat ini Cuma :

 “datang ke mak erot aja, Motto mak erot sekarang fantastis ‘memperpanjang usaha tanpa usaha’”
atau lebih parahnya gue bakalan bilang :

“beli lilin yang banyak, ntar malam gue ajarin caranya ngepet CPU”

Beruntung sebelum gue mengeluarkan saran itu,  Dosen Pemasaran Jasa menyadari kalo ada mahasiswanya yang ngerumpi saat materi disampaikan, alih –alih takut dikeluarkan gue pun menutup sesi pertanyaan mematikan itu.

Sebelum kami hanyut dengan ceramah bu dosen (atau lebih tepatnya pura-pura hanyut), sekali lagi juned melontarkan pertanyaan pamungkasnya.

“kunci suksesnya apa van?” bisik dia

Gue berfikir sebentar dan mendapatkan  satu – satunya “resep sukses gue punya”

“resep sukses gue Cuma 1” bisik gue ke Juned

Seperti anak kecil yang mau di kasik permen, dia menjulurkan lidahnya yang meneteskan banyak air liur. 
*ini anjing apa ya

“apa – apa???” tagihnya semangat.

“JANGAN GAMPANG DI BEGOIN”

Junet manggut-manggut, gue bernafas lega (setidaknya untuk saat ini).