Sabtu, 15 November 2014

KEHILANGAN MI(SI)MPI



TAKUT. Itu yang gue rasakan setelah membaca sebuah artikel yang dimuat oleh tribun news medan. Membaca artikel tersebut gue merasa dibawa menuju ke masa depan, setiap kata demi kata gue rasakan kebenarannya, melalui artikel itu gue melihat gambaran seperti apa yang akan gue lalui di masa depan nanti. Membaca artikel ini membuat gue sadar, bahwa “setiap mimpi yang kita punya WAJIB di wujudkan”. 

Artikel itu bercerita tentang John Jerryson, seorang bankir sukses berusia 46 tahun, dia menulis sebuah surat terbuka di sebuah media lokal Australia. Di tulisannya itu dia tidak menceritakan kisah suksesnya menjadi seorang banker, tetapi malah sebaliknya dia mengungkapkan isi hatinya yang paling dalam. Dibawah ini adalah surat yang dia tulis tersebut :
(powered by google)


“Hai, namaku John. Aku sudah berpikir cukup lama, namun akhirnya aku menuliskan hal ini. Aku harus mengeluarkan semua yang tersimpan di hatiku. Aku seorang bankir yang berusia 46 tahun dan selama ini ternyata aku hidup tidak seperti yang aku inginkan. Semua mimpiku, keinginanku, sudah hilang. Aku selalu kerja enam hari selama seminggu dalam 26 tahun ini. Aku selalu memilih jalur yang aman untuk semua yang kulakukan. Tak kusangka hal itu lah yang ternyata justru telah mengubah pribadiku.


Aku mendapati istriku ternyata sudah berselingkuh sejak 10 tahun terakhir. Anakku juga tidak begitu peduli denganku. Aku juga baru sadar bahwa aku tidak hadir di pemakaman ayahku tanpa ada alasan apapun. Hobiku menulis novel tapi aku tidak pernah menyelesaikannya. Aku juga tidak jadi menggeluti hobi travellingku yang selalu kucita-citakan.  Padahal hal-hal itulah yang menjadi keinginan dan cita-citaku sejak masih remaja dulu. Kalau lah gambaran remajaku datang saat ini, aku pasti sudah memukul wajahku sendiri. Aku akan menyesali kenapa semua mimpiku begitu cepat hancur.

Masih seperti kemarin rasanya ketika aku masih berumur 20 tahun. Masih seperti kemarin rasanya ketika aku begitu bernafsu mengubah dunia. Orang-orang di sekitar begitu menyayangiku. Dan aku juga menyayangi mereka. Aku begitu inovatif, kreatif, spontan, tak takut resiko dan sangat baik kepada orang lain. Aku hanya punya dua mimpi, yaitu menulis sebuah buku dan yang berikutnya adalah mengelilingi dunia dan menolong mereka yang membutuhkan.

Lalu akhirnya aku menikah dengan perempuan yang kupacari selama empat tahun. Cinta yang begitu nyata. Ia menyukai semua hal yang ada padaku. Spontanitas, enerjik dan kemampuanku untuk membuat orang lain tertawa dan merasa begitu dicintai.

Aku tahu bahwa bukuku kelak akan mengubah dunia. Aku akan memperlihatkan cara pandang yang berbeda, membuat pembacaku berpikir dengan cara yang berbeda sehingga. Aku pun bersemangat menulis buku itu sejak umur 20 tahun. Ketika itu aku sudah sampai di halaman 70. Dan kini, ketika umurku sudah 46 tahun, bukunya tetap masih di halaman 70….

Dulu aku pernah backpacker ke New Zealand dan Philipina. Aku berencana mengelilingi Asia, Eropa dan kemudian Amerika. Ternyata sampai saat ini pun, aku tidak pernah lagi pergi ke tempat lain selain di dua negara itu.
Dimana sebenarnya kesalahanku? Penyesalanku terjadi ketika saat aku berpikir bahwa aku harus menggeluti pekerjaan yang mapan. Yang sesuai dengan perkuliahanku. 

Aku memilih bekerja kantoran, dari jam 9 pagi hingga jam 7 malam. Setiap hari seperti itu. Apa yang sebenarnya kupikirkan? Apakah itu yang dinamakan hidup? Ketika aku harus bekerja dan hanya mengisi waktu dengan makan malam, bekerja untuk persiapan esok hari di kantor dan tidur jam 10 malam? Lalu bangun esoknya di jam 6 pagi? Itu yang namanya hidup? Oh Tuhan, terkadang aku sampai lupa kapan terakhir kali aku bercinta dengan istriku.

Istriku, ya istriku akhirnya mengakui kalau ia telah berselingkuh selama 10 tahun terakhir. 10 tahun! Tampaknya begitu lama ya? Tapi aku tak lagi tahu bagaimana rasanya. Bahkan aku tidak merasa sakit hati. Katanya ia selingkuh karena aku telah berubah. Aku tak seperti diriku yang dulu. Lalu apa sebenarnya yang kulakukan 10 tahun terakhir ini? Selain bekerja dan bekerja, aku tak tahu lagi apa yang pernah kulakukan. Yang pasti aku sadar, aku bukanlah suami yang baik seperti orang kebanyakan. Tidak menjadi diriku sendiri.

Siapa sebenarnya aku? Apa yang terjadi denganku? Mengetahui istriku sudah selingkuh pun aku diam saja. Aku bahkan tidak menuntut perceraian. Tidak marah. Tidak berteriak kepadanya. Dan bahkan tidak menangis. Aku tidak merasakan apa-apa. Tapi ketika aku menuliskan surat ini justru aku menangis. Tapi bukan karena kelakukan istriku. Melainkan karena aku merasa benar-benar hampa.

Ayahku meninggal 10 tahun yang lalu. Aku ingat betul hari itu. Ibuku menelponku dan memberi kabar bahwa ayah sakit keras. Tapi aku sangat sibuk saat itu karena harus mempersiapkan masa promosi jabatanku. Padahal sudah 15 tahun aku tidak melihat ayahku. Tapi aku tak pernah datang menjenguknya dan berharap ia akan baik-baik saja. Ia meninggal. Disaat yang bersamaan jabatanku dinaikkan di kantor.

Ketika ia meninggal, aku malah berkata pada diriku sendiri bahwa tak masalah kalaupun aku tak datang. Apa yang sebenarnya kupikirkan? Semua kurasionalisasi. Semuanya kubuat menjadi mungkin. Pola pikir yang sebenarnya sangat salah karena hanya untuk mendapatkan kemapanan secara finansial.

Sekarang aku sadar, semua ini tidak benar. Aku menyesali banyak hal yang tidak jadi kulakukan padahal aku masih memiliki kemampuan. Aku menyesal karena pekerjaanku sudah mengambil alih seluruh hidupku. Aku suami yang buruk..Aku hanyalah mesin pencari uang.

Sekarang aku menyesal karena tidak menyelesaikan novelku. Tidak mengelilingi dunia seperti yang kuimpikan. Tidak pernah menjadi ayah yang selalu siap untuk anaknya. Aku bagaikan dompet tebal yang tidak memiliki rasa..

Kalau kalian membaca ini dan sedang memikirkan masa depan kalian, kuharap jangan menunda apapun. Jangan tunda mimpi-impi kalian. Percayalah pada kemampuanmu. Lakukanlah sesuatu selagi kau masih muda. Jangan cepat merasa nyaman. Jangan lupakan teman-teman dan keluarga terbaikmu. Jangan sia-siakan hidupmu seperti yang kulakukan. Kumohon jangan…
Maaf karena aku bercerita terlalu panjang. Sekarang aku merasa sangat hampa, tua dan begitu lelah….

Setelah membaca artikel tersebut gue merasakan bahwa apa yang gue alami di masa depan nanti, tak akan jauh berbeda dengan kehidupan John yang sekarang. 

Secara garis besar kami memiliki kesamaan cita-cita di dalam hidup, dia ingin menulis sebuah cerita yang menginspirasi dunia, gue pun juga mempunyai keinginan itu. 

Dan secara kebetulan pula naskah buku gue yang kedua berhenti dikisaran halaman yang sama dengan John, terlupakan dan tak tersentuh hamper setengah tahun ini. 

John semasa muda ingin menjelajah seluruh isi dunia dan mengagumi ciptaan Tuhan, gue juga ingin sekali backpacker di alam bebas, tersesat di jalan, menghirup udara bebas, dan mengenal banyak orang. Tapi yang gue lakukan sekarang hanyalah melakukan rutinitas. KEINGINAN ITU DIKALAHKAN OLEH RASA TAKUT KEHILANGAN UANG.

John muda juga ingin masa tuanya bisa berkumpul bersama keluarga, hadir di moment-moment penting.  Semuanya yang John inginkan di masa muda , sama persis seperti gue inginkan nanti di hari tua. 

John di masa muda juga ingin mengubah dunia dengan tulisannya, dia ingin membuat dunia menjadi lebih baik, menolong dan menginspirasi banyak orang. Gue juga sama. Gue juga ingin seperti itu, tapi kalau ditelusuri lebih jauh lagi, apa yang gue lakukan setiap hari melenceng dari keinginan itu. 

Bagaimana bisa seseorang ingin menolong orang lain suatu saat nanti jika yang dia lakukan tiap hari adalah mengeluh dengan hidupnya?

John ingin mewujudkan impian masa muda. Tapi kenyataan berkata lain. Kehidupan ternyata mampu merubah mimpi seseorang. Seolah terseret oleh arus, mimpi itu tenggelam. Hilang bersama dengan jiwanya. 

Gue sangat bersyukur, John telah membawa gue jauh 20 tahun ke masa depan. Memperingatkan gue agar lebih berhati-hati memilih jalan hidup, menggenggam erat mimpi-mimpi masa muda agar tak lepas dan hilang seturut berjalannya waktu. 

Akhirnya gue percaya, “setiap manusia memiliki misinya masing-masing yang telah Tuhan tetapkan. Jangan sampai kamu kehilangan misi itu, karena misi itulah yang akan membuat dirimu menjadi berharga dan mensyukuri kehidupan”

artikel dikutip dari:

1 komentar: