Sabtu, 08 November 2014

adil dan kasih



Banyak orang bilang kalau kasih dan keadilan itu nggak bisa berjalan beriringan. Keduanya berjalan di trek yang berbeda. Jadi seolah – olah ketika kalian melakukan salah satu diantaranya, satu yang lainnya tidak bisa kalian lakukan. Mungkin kalian pernah mendengar beberapa kisah yang membuktikan kalo adil dan kasih itu bisa berjalan berdampingan, contohnya seperti kisah si raja bijaksana yang menggantikan ibu kandungnya dari hukuman cambuk yang dia buat sendiri untuk si pencuri makanan, karena ternyata sang pencuri adalah ibunya sendiri, dengan landasan kasih dan memegang teguh keadilan yang dia buat maka dia rela menggantikan posisi ibunya untuk mendapatkan hukuman.
(powered by google)


Gue nggak akan menceritakan detail cerita itu, kalian pasti sudah pernah mendengarnya. Yang pengen gue bahas, apakah keadilan dan kasih itu bisa diterapkan di dunia bisnis? Bagaimana caranya? Ada nggak cerita aplikasinya?
Pernah nggak kalian mengalami :
1.Pembagian gaji nggak adil. Tugas yang diberikan atasan sama, tapi kenapa gaji mu dengan teman yang lain nggak sama.
2.Atasan punya anak mas dan anak tiri di dalam kantor.
3.Kamu sudah bekerja cukup lama di sebuah perusahaan, tapi kenapa penghargaan yang diberikan kantor sama dengan pegawai lain yang baru masuk.
Kalau kalian pernah merasa atau mengalami paling tidak 3 hal diatas, mungkin kalian perlu mendengar kisah dibawah ini :
Ada sebuah perusahaan yang baru saja berdiri di sebuah kota kecil yang yang tingkat perekonomiannya sangat rendah. Perusahaan itu adalah perusahaan kontraktor yang mendapatkan kepercayaan dari pemerintah untuk membangun sebuah kawasan perumahan layak huni di kota tersebut. Pemilik memperkirakan estimasi pengerjaan proyek ini akan memakan waktu kurang lebih 1 tahun. Jadi mulailah dia mencari 100 pekerja untuk mengerjakan proyek tersebut.
Tidak sulit mencari 100 pekerja di sebuah kota yang tingkat penganggurannya cukup tinggi. Dalam sehari saja sudah ada setidaknya 2500 pelamar yang berminat. Setelah melakukan beberapa tes, terpilihlah 100 orang yang mumpuni. Pada perjanjian di dalam kontrak, pemilik menjelaskan dengan detail bahwa proses pekerjaan ini akan berlangsung selama 1 tahun, dan selama 1 tahun itu setiap orang akan mendapatkan bayaran sebesar 20 juta yang akan dibayar diakhir tahun.
Kesepakatan telah terjadi dan 100 pekerja itupun mulai bekerja.
Hari demi hari berlalu, di pertengahan tahun, sang pemilik kontraktor sadar bahwa pekerjaan membangun perumahan berlangsung lambat, 100 orang pekerja ternyata tidak cukup untuk membangun sebuah perumahan dengan durasi 1 tahun selesai. Maka dengan banyak pertimbangan, pemilik memutuskan membuka lowongan pekerjaan lagi untuk mencari 100 pekerja yang akan membantu mempercepat proses pembangunan.
Tidak sampai 1 hari lowongan itu dibuka, setidaknya sudah ada 2500 pelamar yang berminat mendapatkan lowongan itu. Setelah melakukan beberapa tes, terpilihlah 100 orang yang mumpuni. Pada perjanjian di dalam kontrak, pemilik menjelaskan bahwa proses pekerjaan ini akan berlangsung selama 6 bulan, dan selama 6 bulan bekerja itu setiap orang akan mendapatkan bayaran sebesar 20 juta yang akan dibayar di akhir tahun.
Kesepakatan telah terjadi dan 100 pekerja itupun mulai bekerja.
Hari demi hari berlalu, proyek itu akhirnya berhasil diselesaikan tepat waktu. Seperti perjanjian pada kontrak yang telah disepakati. Pemilik harus membayar 100 pekerja pada gelombang pertama sebesar 20 juta/ orang. Hal yang sama juga dilakukannya pada pekerja gelombang kedua, pemilik harus membayar 100 orang pekerja pada gelombang kedua sebesar 20 juta/ orang. Pemilik melakukan persis seperti yang tertulis di dalam kontrak.
Mengetahui bahwa pemilik ternyata memberikan perlakuan yang sama terhadap 100 pekerja pada gelombang pertama dengan 100 pekerja pada gelombang kedua, 100 pekerja pada gelombang pertama pun mengadakan demo besar-besaran. Mereka menuntut keadilan sang pemilik dengan cara meminta untuk memberikan bayaran lebih dari pada 100 pekerja pada gelombang kedua.
100 pekerja itupun mendatangi pemilik dengan segala tuntutannya.
“kami menuntut agar pemilik memberikan bayaran lebih, kami menuntut keadilan. Bagaimana bisa bayaran yang kami terima selama 1 tahun bekerja ternyata sama dengan bayaran 100 pekerja pada gelombang kedua yang hanya bekerja selama 6 bulan?” tuntut salah seorang pekerja gelombang pertama.
Sang pemilik tidak terlihat gusar, dia masuk kedalam kantornya dan keluar lagi membawa setumpuk kertas.
“ apakah kalian lupa? Bahwa aku membayar kalian sama persis seperti yang telah kita sepakati bersama pada surat  kontrak ini? Adakah dari kalian menerima kurang dari yang tertulis di dalam kontrak?” tanya pemilik kepada 100 orang pekerja gelombang pertama.
Semua pekerja itu menjadi gusar karena tidak ada 1 orangpun dari mereka yang menerima bayaran kurang dari yang tertulis di dalam kontrak.
“tapi apakah adil memperlakukan kami yang sudah bekerja selama 1 tahun dengan mereka yang hanya bekerja selama 6 bulan?” jawab salah satu dari pekerja gelombang pertama.
“ saudara- saudara sekalian, bukankah aku sudah memperlakukan kalian secara adil, kalian mendapatkan bayaran sesuai dengan isi kontrak itu. Atau iri kah kalian karena aku murah hati kepada orang lain?”
Kisah diatas nggak bermaksud untuk mengajarkan pelajaran ekonomi atau manajemen kepada kalian. Melalui cuplikan kisah diatas gue ingin kalian tahu bahwa terkadang apa yang kita anggap tidak adil itu mungkin sebenarnya adil untuk orang lain. Ketika kalian merasa diperlakukan tidak adil oleh dosen atau atasan, coba lagi telusuri, apakah sikap yang diberikan dosen atau atasan itu sebuah perlakuan ketidakadilan atau kasih?
Dosen memberikan tugas begitu banyak kepadamu, sedangkan kepada mahasiswa yang lain tidak, apakah itu ketidakadilan? Apakah itu kasih?
Atasan memarahi mu ketika berbuat salah sedangkan kepada karyawan lain tidak, apakah itu ketidakadilan? Apakah itu kasih?
Cobalah berpikir lebih dalam lagi, maka kalian akan mendapatkan lebih banyak hal untuk disyukuri.
 
(cerita terinspirasi dari Matius 20 : 1-16. Tentang “Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar