Jumat, 03 Februari 2012

hari baik

Belakangan ini papa lagi pusing karena kekurangan tenaga kerja,beberapa waktu yang lalu karyawan di toko banyak yang mogok dan mengundurkan diri. Entah apa yang sedang di demokan mereka, prasangka gue, ini erat kaitannya dengan rencana kenaikan BBM yang membuat frustasi. Mereka lebih memilih kerja menjadi pengangguran yang menyengsarakan masyarakat dari pada bekerja yang menyensarakan diri sendiri.

Jangan ditanya hubungan antara BBM dan Pengangguran itu apa? Karena gue sendiri nggak yakin/-_-\

Dan yang pasti gara-gara hal itu, papa sekarang jadi pusing gara-gara kekurangan tenaga kerja. Sampai akhirnya beberapa waktu yang lalu papa kedatangan seorang rekan bisnis (barang bekas) yang menawarkan tenaga kerja.

Rekbis (rekan bisnis): pak saya punya barang baru nich… (teriak-teriak dari jarak 10 meter dari rumah)

Papa : masih bagus gag ?

Rekbis : mantap pak. Masih kuat…<$2Fp>

Papa : harganya?

Rekbis : bisa di nego kok ^_^

Pelamar: ??????? (gue bukan barang oiiii) *jerit hati*

Singkat cerita, orang itu diintrogasi sama papa.

Elo : kok di introgasi? Emangnya salah apa?

Gue : yang ditanya-tanyai alamat, umur itu lho,

elo : itu introspeksi dodol *gondok*

Gue: ???????????

Papa nggak ingin anak buahnya itu o’on atau dongo, maka dia mengajukan beberapa petanyaan yang akan dijadikan pertimbangan lolos tidaknya orang itu. Setidaknya papa akan mengajukan 3 pertanyaan super sulit, melebihi ujian SNMPTN.

Pertanyaan 1 (psikologi)

Papa : Kamu tidak akan berkata kerja hanya untuk senang-senang atau coba-coba bukan? apa motifasimu kerja di tempat saya?

Pelamar : Uang $_$

(jawaban yang sangat baik dan singkat) *lolos*

Pertanyaan 2 (riwayat hidup)

Papa : berapa Ipk mu?? (indeks prestasi komulatif)

Pelamar : apa itu IPK? Maaf saya Cuma tamatan SD pak…

~hening~

Karena sesuatu hal pertanyaan ke 3 dibatalkan, (tentang ilmu pengetahuan dan hitungan)

Papa : oke kamu diterima di tempat kami. Besok kamu udah bisa langsung kerja.

Ntah mengapa gue yang saat itu ada di lokasi, merasa aneh dengan tanggapan dari pelamar yang gue rasa kebalik.

Pelamar : jangan besok pak???

Papa : kalo gitu besok lusa juga nggak apa-apa.

Pelamar : jangan pak.

Papa,gue,rekbis : KENAPA??? *dengan wajah penasaran*

Pelamar : masih nunggu hari baik.

Nunggu hari baik??? Apa gue nggak salah liat denger, kerja aja pakek nunggu hari baik… apa-apa’an ini. Pernyataan barusan membuat kami melongo melihat orang itu.

Pelamar : nanti kalo sudah nemu hari baik, bapak saya telepon lagi...

oiii siapa sih yang butuh kerjaan....

Di dalam kasus nyata, hal ini sungguh jarang terjadi, seenggaknya bagi gue sendiri. Gue nggak habis pikir, gimana kalo hari baik yang dia tunggu itu 1 bulan atau 3 bulan lagi. Terus makan apa anak dan istrinya??. Parahnya kalo dia ternyata nggak akan pernah punya hari baik. Mungkin dia harus mati untuk mempercepat kesengsaraan hidupnya di dunia.

Gue curiga, jangan-jangan anak dan istrinya pun menunggu hari baik untuk makan. Dan itu sangat menguntungkan dirinya”

Hari-berganti hari, minggu berganti minggu. Setelah hampir 2 minggu sejak lamarannya itu, dia akhirnya menemukan hari baiknya itu. Yaitu hari jumat pahing yang tepat hari ini…

Gue penasaran, apa dia bakalan bertahan lama kerja disini. Karena papa beranggapan kalau semua hari adalah hari baik. Dan itu sama saja dengan.

“karyawan masuk=hari baik”

“hari baik=Uang banyak”

~papa~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar