Selasa, 03 April 2012

BBM (BUKAN BARANG MURAHan)


Belakangan ini kasus kenaikan BBM makin membuat gue bingung. Ada golongan yang setuju dengan kenaikan BBM dengan berorientasi pada kebaikan rakyat kecil, dan ada juga yang menolak kebijakan ini dengan alasan melindungi rakyat kecil. Kalo gue jadi rakyat kecil gue bakalan tambah galau, “mana sih yang terbaik buat gue” jerit hati rakyat kecil.

Bagi gue sendiri, kenaikan BBM adalah suatu hal yang enggak bisa dihindari. Fluktualisasi harga minyak yang sulit ditebak, tingginya tingkat penggunaan BBM sedangkan elo tahu sendiri kalo BBM itu kan termasuk barang langkah membuat gue berpendapat kalo Suatu saat nanti BBM pasti akan naik juga.

Kita harus tahu kalau di dunia ini enggak ada yang gratis, kalo kita mensubsidi sesuatu berarti kita telah memindahkan dana dari satu kegiatan ke yang lainnya. Masalahnya kita ingin subsidi yang diberikan itu jatuh ke tangan orang yang tepat, nah kalo gitu apa dengan mensubsidi BBM sudah jatuh ke tangan orang tepat??? Gue rasa BELUM…

Coba elo nginep sehari di pom bensin, siapa sih yang lebih banyak mengkonsumsi BBM, pengusaha bermobil atau sopir angkotan? Pengendara bermotor atau tukang becak??? (becak motor) 

Subsidi BBM justru semakin mempersubur praktik korupsi dan mendorong penggunaan BBM yang boros dan merusak lingkungan. Murahnya harga BBM mengakibatkan tingkat konsumsi terus meningkat, akibatnya masyarakat tidak memiliki tingkat sensitivitas terhadap kelangsungan pasokan sumber energy yang tidak dapat diperbarui tersebut. Pertumbuhan kendaraan bermotor yang semakin tak terkendali, kemacetan lalu lintas yang menghambat aktivitas ekonomi adalah bukti kongkretnya.

Buat gue sendiri, preferensi masyarakat miskin sebenarnya bukan pada harga BBM murah, tapi pada harga kebutuhan dasar yang terjangkau. Menurut gue subsidi BBM bukan kebijakan yang optimal, kita memerlukan kebijakan lain yang menjamin harga kebutuhan pokok terjangkau. Masalahnya pemerintah dan kita sering menyederhanakan persoalan bahwa masalah yang dihadapi masyarakat adalah pendidikan dan kesehatan. Kedua sector tersebut selalu ditekankan untuk mendapatkan pengalihan subsidi BBM. Tapi apakah kita enggak sadar, “mana ada anak konsentrasi sekolah kalo enggak sarapan”.

Perjuangan hidup yang paling berat adalah meniti kehidupan sehari – hari (sandang,pangan,papan) , untuk membeli beras, lauk pauk, transportasi, dan lain – lain ternyata mengambil porsi yang tidak sedikit.

Sudah saatnya BBM kita jadikan sebagai bukan barang murah. alangkah lebih baik kalo subsidi BBM dialihkan untuk kebutuhan pokok sehari – hari. Toh lagipula kalau BBM naik, pengguna kendaraan bermotor akan menurun ( dana dialihkan juga kedalam sector transportasi) dan akan lebih banyak lagi kaum jomblo ngenes yang memilih tidur dirumah dari pada malam mingguan. Hahahahaha…

BBM itu terbatas dan langka, sedangkan kebutuhan manusia tidak terbatas. Sudah seharusnya kita memanusiakan BBM dengan menghargainya lebih tinggi lagi. Karena BBM “Bukan Barang Murahan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar