Belakangan ini kasus kenaikan BBM makin membuat gue bingung. Ada golongan yang setuju dengan kenaikan BBM dengan berorientasi pada kebaikan rakyat kecil, dan ada juga yang menolak kebijakan ini dengan alasan melindungi rakyat kecil. Kalo gue jadi rakyat kecil gue bakalan tambah galau, “mana sih yang terbaik buat gue” jerit hati rakyat kecil.
Bagi
gue sendiri, kenaikan BBM adalah suatu hal yang enggak bisa
dihindari. Fluktualisasi harga minyak yang sulit ditebak, tingginya
tingkat penggunaan BBM sedangkan elo tahu sendiri kalo BBM itu kan
termasuk barang langkah membuat gue berpendapat kalo Suatu saat nanti
BBM pasti akan naik juga.
Kita
harus tahu kalau di dunia ini enggak ada yang gratis, kalo kita
mensubsidi sesuatu berarti kita telah memindahkan dana dari satu
kegiatan ke yang lainnya. Masalahnya kita ingin subsidi yang
diberikan itu jatuh ke tangan orang yang tepat, nah kalo gitu apa
dengan mensubsidi BBM sudah jatuh ke tangan orang tepat??? Gue rasa
BELUM…
Coba
elo nginep sehari di pom bensin, siapa sih yang lebih banyak
mengkonsumsi BBM, pengusaha bermobil atau sopir angkotan? Pengendara
bermotor atau tukang becak??? (becak motor)
Subsidi
BBM justru semakin mempersubur praktik korupsi dan mendorong
penggunaan BBM yang boros dan merusak lingkungan. Murahnya harga BBM
mengakibatkan tingkat konsumsi terus meningkat, akibatnya masyarakat
tidak memiliki tingkat sensitivitas terhadap kelangsungan pasokan
sumber energy yang tidak dapat diperbarui tersebut. Pertumbuhan
kendaraan bermotor yang semakin tak terkendali, kemacetan lalu lintas
yang menghambat aktivitas ekonomi adalah bukti kongkretnya.
Buat
gue sendiri, preferensi masyarakat miskin sebenarnya bukan pada harga
BBM murah, tapi pada harga kebutuhan dasar yang terjangkau. Menurut
gue subsidi BBM bukan kebijakan yang optimal, kita memerlukan
kebijakan lain yang menjamin harga kebutuhan pokok terjangkau.
Masalahnya pemerintah dan kita sering menyederhanakan persoalan bahwa
masalah yang dihadapi masyarakat adalah pendidikan dan kesehatan.
Kedua sector tersebut selalu ditekankan untuk mendapatkan pengalihan
subsidi BBM. Tapi apakah kita enggak sadar, “mana ada anak
konsentrasi sekolah kalo enggak sarapan”.
Perjuangan
hidup yang paling berat adalah meniti kehidupan sehari – hari
(sandang,pangan,papan) , untuk membeli beras, lauk pauk,
transportasi, dan lain – lain ternyata mengambil porsi yang tidak
sedikit.
Sudah
saatnya BBM kita jadikan sebagai bukan barang murah. alangkah lebih
baik kalo subsidi BBM dialihkan untuk kebutuhan pokok sehari –
hari. Toh lagipula kalau BBM naik, pengguna kendaraan bermotor akan
menurun ( dana dialihkan juga kedalam sector transportasi) dan akan
lebih banyak lagi kaum jomblo ngenes yang memilih tidur dirumah dari
pada malam mingguan. Hahahahaha…
BBM
itu terbatas dan langka, sedangkan kebutuhan manusia tidak terbatas.
Sudah seharusnya kita memanusiakan BBM dengan menghargainya lebih
tinggi lagi. Karena BBM “Bukan Barang Murahan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar