Sabtu, 24 Maret 2012

demonstrator

Isu kenaikan BBM membuat rakyat resah… berbagai macam bentuk demonstrasi dilakukan sebagai bentuk penolakan, mulai dari mahasiswa, buruh,  organisasi, ibu-ibu, bapak-bapak, semua yang ada disini (kayak lagunya inul) semuanya pada turun ke jalan menyuarakan penolakan dengan spanduk, yel-yel dan ancaman-ancaman bagi pemerintah.
 (powered by google)

Gue mendukung segala macam bentuk aspirasi tersebut, toh kalo aspirasi mereka di dengar gue juga untung. Tapi masalahanya apa dengan kita turun ke jalan itu aspirasi kita bisa tersampaikan??? Contohnya beberapa kali gue melihat aksi demo serupa di daerah sekitar kampus. Pendemo teriak-teriak, mempertontonkan adegan dramatikal, memasang spanduk, dan coba kalian tebak, siapa yang mendengarkan mereka???

1. Polisi yang mengawal . (ngapain demo ke patung, mereka enggak akan menyampaikan aspirasi kalian 
2. Pengguna jalan. (mereka malah menghina kalian gara-gara bikin macet)
3. GEPENG/ gelandangan pengemis. (Mendengar isi demo malah bikin mereka stress)

Gue setuju dengan pendapat saudara Rizal Anshori dari Fakultas Perikanan UB, gagasannya (dimuat di jawapos hari ini) tentang demonstrasi yang lebih baik di lakukan di stadion sangat bagus.

“ada baiknya, demo menyampaikan aspirasi dan tuntutan kepada pemerintah di lakukan di stadion bola dengan mengundang pemerintah untuk hadir. Toh waktu kampanye mereka juga mengundang kita untuk hadir, jadi waktu diundang untuk mendengarkan aspirasi mereka seharusnya juga datang kan” begitulah cupilkan gagasan saudara Rizal. (selengkapnya bisa elo baca di Koran).

Gue juga sependapat dengan gagasan itu. Buat apa juga kita turun ke jalan, kalo nggak jelas juntrungannya siapa yang akan mendengar teriakan kita. Gunakan hak bersuara dengan baik, denganc ara yang baik pula.

“Setiap warga berhak menyampaikan aspirasi. Tinggal bagaimana setiap individu menginnovasikan dan memilah cara mana yang efektif dan efisien, sehingga aspirasi itu tersampaikan dengan baik”
~Stevan Nataniel~


2 komentar: