“Orang
Indonesia itu bagaikan katak dalam tempurung”
Itulah
penjelasan dari dosen ekonomi manajerial tadi pagi. Hal itu cukup
mengagetkan karena sejauh yang gue tahu dari media – media massa,
orang – orang Indonesia itu lebih mirip Udang di balik batu. (Siapa
yang tahu kalo dibalik batu ada udang? Itu misteri!!) Hal itu membuat
kita kudu waspada, kalo ada orang di jalan yang tiba – tiba aja
ngasik kita uang, jangan diterima dia pasti adalah udang. Jangan
diterima (kasik gue aja).
Balik
lagi ke pernyataan dosen ekmen, Katak di dalam tempurung itu makluk
yang tersiksa, hidup di tempat yang sempit, gelap dan yeyek (baca :
jijik).
Ada
2 tanggapan dari gue tentang peribahasa itu :
- Tempurung itu apa???
- Kesurupan setan apa sehingga si doi (katak) mau tinggal di tempurung.
Dosen
gue bercerita tentang kehidupan rakyak yang kurang sejahtera secara
financial. Di era reformasi ini beliau merasa Indonesia ini berjalan
di jalan yang salah.
“masih
ingat tentang pernyataan Soeharto yang ingin menjadikan Indonesia
setara dengan Jepang?” Tanya dosen ekmen.
Terus
terang yang gue inget dari pernyataan mantan presiden Ri itu Cuma
“Proklamasi” nya doank…
Elo
: itu bukan Soeharto, dodol!!!
Layaknya
di dalam tempurung, masyarakat Indonesia saat ini hanya bisa
menjalankan bisnis yang cenderung mengarah ke imitation entrepanuers
doang ketimbang innovation Entrepanuers. Dan kalo kita amati lagi.
Jepang adalah Negara yang menerapkan innovation Entrepanuers dengan
sangat baik.
Kalo
kita mengerti sejarahnya, Dulu Jerman adalah Negara dengan technology
tercanggih. Jepang yang waktu itu belum setenar sekarang mengadopsi
system technology yang dianut Jerman. Dan bagusnya, dia bukan hanya
meniru tetapi juga berinovasi sehingga dari teknologi tiruan itu
mereka menemukan sebuah system baru yang lebih canggih dari Jerman.
Hal itu berbeda dengan imitation entrepanuers yang diterapkan
Indonesia. Kita lebih puas meniru ketimbang harus disuruh berinovasi
dengan hal – hal baru.
Dari
situ gue berkesimpulan kalo orang – orang yang menjalankan
imitation entrepanuers itu lebih cocok di sebut seperti katak dalam
tempurung. Dia hanya terpatok dengan keadaan yang sempit di dalam
tempurung tanpa meyadari peluang yang begitu luas di luar
tempurungnya.
Mungkin
postingan ini kelihatan naïf karena gue sendiri masih tergolong
entrepanuers yang cenderung mengimitasi bisnis orang. Tapi harapan
gue, kita bisa sama – sama belajar untuk berani berinovasi.
“Kita
hanya terpatok pada bagaimana kita bisa seperti Orang lain, Bukan
pada bagaimana kita bisa melebihi Orang lain”
~Stevan
Nataniel~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar